Pages

0 komentar

aku dan ayah (part 1)

Tiga tahun yang lalu, kau adalah sesosok laki-laki yang membuat aku bangga. Dapat bertahan disebuah keadaan dimana kau harus menangani semua hal tanpa pendamping hidup lagi. Tiga tahun yang lalu kau menjadi ayah sekaligus ibu untukku, menjadi tempat berkeluhkesahku dan satu-satunya orang yang aku tau tak akan melukaiku.

Hari ini aku merindukanmu, merindukan kecupan manis dikeningku, merindukan pelukanmu. Tak ada lagi telphon tiap pagi dan sore, tak ada lagi kau sempat sekedar menjengukku. Selalu ada sejuta alasan yang membuat aku percaya kalau kau benar-benar tak sempat. Saat itu aku bisa memaklumi, tapi ada rasa menyelinap dan beranggapan apa aku sudah tak pantas di perhatikan lagi?

Jarak kita tak lebih dari 50 Km, tapi untuk sekedar uang pun kau sudah tak ingin memberikanya dari tangn ketangan, aku kira itu salah satu alasan untuk bertemu dan mengatakan rindu. Jika kau sangka aku selalu bersikeras ingin bertemu hanya karna uang, itu salah besar. Aku sudah dewasa, tapi aku masih butuh dukungan, aku masih ingin dinasihati, tapi bukan diberi tahu tentang takdir.

Hari ini aku terbaring sakit, aku tunggu kau menelpon. Dan dikalimat pertamamu seperti biasa kau menanykan kabarku, “apa kabar nak?” tanyamu begitu singkat, “tidak lebih baik dari hari kemarin ayah….” Jawabku manja dan sedikit mengeluh, “besok jadi kesini nak? Uang bekalmu sudah ada, apa ayah transfer saja?” tanyamu lagi mengalihkan pembicaraan, “aku ada perlu di kampus yah, gimana kalau besok sore ayah ke tempat aku saja? Sekalian menjengukku” pintaku agak memaksa, “kamu tau sendiri ayah sibuk, manasempat ayah kesana, suruh oom mu saja yang mengantar yah? Kamu mau dibawakan apa?” ayah mulai beralasan, “aku tak mau apa-apa …tut…tut…tut….” Akhirnya aku matikan saja sambungan telponya, aku tak sanggup ingin menangis. Bahkan ayah tak mengingatkan aku untuk minum obat. maha dahsyat, perhatiannya hilang entah kemana aku sungguh tak percaya.

Merasa bersalah telah menutup sambungan telphon tanpa salam dan pamit aku mencoba menelphon ayah kembali, berkali aku telphon tak kian bisa tersambung hanya suara oprator yang menjawab panggilanku “ maaf telphon yang ada tuju sedang sibuk, silahkan hubungi kembali beberapa saat kemudian!”. Oh My God, pas ti ayah sedang menelphon wanita itu, wanita yang saat ini adal pengganti mama sekaligus wanita yang sedang mengandung anak ketiganya. Begitu sakit, bahkan ayah tak peduli dengan sikap anaknya, atau ayah tak sadar kalau aku marah?

Aku hanya ingin ayahku menjadi miliku sendiri, aku tak mau berbagi kasih sayang dengan orang lain, aku hanya punya ayah kenapa harus aku bagi lagi dengan yang lain?

read more